Tampilkan postingan dengan label Berita Politik Hukum. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Berita Politik Hukum. Tampilkan semua postingan

Selasa, 22 Desember 2015

Aburizal Bakrie: Saya Pimpin Golkar Sampai 2019




Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie

 Aburizal Bakrie
 
JAKARTA, (MITRA BANGSA NEWS) - Ketua Umum (Ketum) Partai Golkar (PG) hasil Musyawarah Nasional (Munas) di Bali Aburizal Bakrie (ARB) menegaskan akan memimpin partai berlambang pohon beringin itu hingga akhir masa kepenggurusannya yaitu tahun 2019.
Dia tidak akan menggelar Munas ataupun Munaslub sebelum tahun tersebut.

"Masalah Golkar sudah selesai. Munas baru dilakukan 2019," kata ARB saat bertemu dengan Forum Pemred di Bakrie Tower, Kuningan, Jakarta Selata, Rabu (4/11) malam.

ARB didampingi Wakil Ketum Theo L Sambuaga dan Syarif Cicip Sutardjo. Kemudian ada Ketua DPP PG hasil Munas Bali Fuad Mansyur, Nurul Arifin dan Hapy Bone.

Sementara dari Forum Pemred, hadir ketuanya Suryapratomo yang juga Direktur Pemberitaan Metro TV, Pemred Beritasatu TVI Don Bosco Selamun, Pemred Suara Pembaruan dan Investor Daily Primus Dorimulu, dan Pemred TV One Toto Suryanto.

Pertemuan berlangsung selama 2 jam dari pukul 20.00-22.00 WIB. Pertemuan diawali makan malam bersama.
ARB menjelaskan dia akan melepas jabatan Ketum jika ada Munaslub. Munaslub dilakukan jika Ketum melakukan pelanggaran terhadap AD dan ART partai. Kemudian diusulkan oleh 2/3 jumlah DPD, baik kabupaten/kota maupun propinsi.

"Sampai hari ini tidak ada satupun DPD yang meminta itu. Kalau ada orang bilang banyak yang meminta (Munaslub, red), yang mana? Tidak ada satupun meminta itu," tutur mantan Menko Kesra ini.

Dia menegaskan putusan Mahkamah Agung (MA) sudah jelas mencabut SK Menkumham atas kepenggurusan Agung Laksono. Di sisi lain, ada putusan PN Jakarta Utara yang mengesahkan Munas Bali. Putusan itu diperkuat PT TUN. Karena itu, tidak ada lagi masalah dengan Partai Golkar. [R-14/L-8]



Tak Kunjung Diberi SK, Djan Faridz Ancam Lapor Jokowi



Tak Kunjung Diberi SK, Djan Faridz Ancam Lapor Jokowi

          Ketua Umum PPP, Djan Faridz yang terpilih di Muktamar Jakarta

JAKARTA, (MITRA BANGSA NEWS) - Ketua Umum DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP) versi Muktamar Jakarta Djan Faridz mengancam akan melaporkan Menteri Hukum dan HAM (Menkumham) Yasonna H Laoly kepada Presiden Joko Widodo. Hal itu terkait penerbitan Surat Keputusan (SK) kepengurusan PPP.

Menurut dia, kepengurusan DPP PPP yang sah adalah hasil Muktamar Jakarta di bawah kepemimpinannya. Hal itu berdasarkan keputusan kasasi Mahkamah Agung (MA) yang menyatakan Muktamar PPP di Surabaya tidak sah. Namun hingga saat ini, Yasonna belum menerbitkan SK kepengurusan Djan Faridz Cs.

"
Kita akan laporkan ke presiden kalau sampai 2 teguran dari PTUN dan PN Jakpus sudah keluar, dan beliau (Yasonna) masih bersikeras tidak mengeluarkan pengesahan Muktamar Jakarta," ujar Djan di Bareskrim Polri, Jakarta, Selasa 22 Desember 2015.

Namun sebelum mengadukan persoalan itu ke Jokowi, kata Djan, pihaknya terlebih dahulu akan melayangkan surat ke PTUN dan PN Jakarta Pusat. Langkah itu dilakukan, agar PTUN dan PN Jakpus menegur Menkumham untuk segera menindaklanjuti putusan MA.
"Nah kalau teguran dari PTUN dan PN Jakpus sudah keluar, dan beliau (Yasonna) belum juga mematuhi keputusan MA, berarti jabatan beliau luar biasa tingginya di atas Bapak Presiden, karena kebal hukum," kata dia.

Karena itu
Djan mendesak agar Jokowi memberikan sanksi terhadap menteri yang dianggap tidak menghormati hukum. Sebab, dengan keluarnya putusan MA, seharusnya Menkumham langsung mengeluarkan SK untuk Djan Faridz dan menganulir SK untuk Romahurmuzy alias Romi yang terpilih sebagai Ketua Umum DPP PPP hasil Muktamar Surabaya.

Djan mengungkapkan pernah bertemu langsung dengan Yasonna terkait dualisme kepemimpinan PPP ini. Menurut dia, secara pribadi Yasonna merespons positif persoalan tersebut dan menyerahkan pada proses hukum yang berlaku.

"Sudah pernah bertemu beliau (Yasonna). Secara pribadi respon beliau baik, positif. Tapi yang negatifnya, tanda tangannya (SK kepengurusan PPP) yang belum," ucap Djan

Catut Jabatan, Romi Dipolisikan 

 

 

Ketua Umum DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP) versi Muktamar Jakarta Djan Faridz mendatangi Bareskrim Mabes Polri. Dia melaporkan Ketua Umum DPP PPP versi Muktamar Surabaya Romahurmuzy alias Romi terkait pencatutan jabatan di partai berlambang Kakbah itu.

Djan tidak terima Romi mengirimkan surat protes ke pimpinan DPR dengan mengatasnamakan dirinya sebagai Ketua Umum DPP PPP. Padahal menurut Djan, jabatan tersebut telah digugurkan melalui kasasi di Mahkamah Agung (MA). Romi pun dilaporkan dengan pasal pemalsuan.

"
Jadi kunjungan saya ke Mabes Polri ini untuk melaporkan pemalsuan yang dilakukan oleh saudara Muhammad Romahurmuziy (Romi) yang mengatasnamakan Partai Persatuan Pembangunan," ujar Djan di Mabes Polri, Jakarta, Selasa (22/12/2015).

"Di mana beliau membuat surat kepada Ketua DPR dan menyatakan serta memprotes atas dikeluarkannya Surat Ketetapan Fraksi PPP di DPR," imbuh dia.
Selain Romahurmuziy, Sekjen DPP PPP versi Muktamar Surabaya Aunur Rofiq juga dilaporkan karena sama-sama mencatut jabatan dan menandatangani surat protes tersebut. Keduanya dituding melakukan perbuatan pidana pemalsuan berdasarkan Pasal 263 KUHP.

"Nah berdasarkan keputusan yang inkrach dan berlaku kepada siapapun, Romi telah melakukan tindak pidana pemalsuan karena menggunakan nama PPP secara tidak sah," ucap Djan.

"Karena sejak putusan MA keluar, sejak itulah yang berhak menggunakan nama PPP hanya kubu Muktamar Jakarta yang diketuai oleh Djan Faridz dan Sekjennya saudara Dimiyati,"
lanjut dia.

Djan dan pengacaranya tiba di Bareskrim Mabes Polri sekitar pukul 10.00 WIB. Djan baru keluar dari Kantor Bareskrim sekitar pukul 15.00 WIB.

Pemeriksaan yang cukup lama itu, kata Djan, karena pihaknya harus menunjukkan sejumlah bukti, seperti surat putusan MA dan juga surat protes yang ditulis Romi
. "Ini memang agak panjang karena saya harus buktikan keputusan yang ada di MA," ungkap Djan.

Laporan tersebut telah diterima penyidik Bareskrim Polri dengan nomor LP/1428/XII/2015/Bareskrim tertanggal 22 Desember 2015.

DPP PPP versi Muktamar Surabaya melayangkan mosi tidak percaya kepada Setya Novanto saat masih menjabat sebagai Ketua DPR. Surat protes tersebut dibuat terkait
pergantian anggota Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) dari Fraksi PPP. Selain itu juga soal perombakan kepemimpinan Fraksi PPP di DPR. ().